Tuesday, September 9, 2008

Desert Of Life


Siapapun tidak ingin hidup atau memasuki masa padang gurun, karena padang gurun identik dengan suatu keadaan yang gersang dan tandus, penuh dengan kesengsaraan. Meski demikian, kadangkala Tuhan mengijinkan kita untuk melewati masa2 sukar tersebut, seperti yang pernah dialami oleh bangsa Israel. Mereka tidak dituntun melalui jalan yang singkat dan instant, melainkan dibawa Tuhan berputar-putar melewati padang gurun selama 40 tahun sebelum mencapai kanaan.

Masa padang gurun bisa berarti masa-masa sukar dalam kehidupan kita. Bisnis sedang merosot atau mungkin sudah berada di ujung tanduk, keluarga kita sedang mengalami masalah, kesehatan memburuk dan kita mengalami krisis keuangan, bahkan dikejar-kejar utang. Di masa-masa sulit inilah hati kita mulai tergoncang, stress, mengeluh, bersungut-sungut dan bahkan kita berpikir bahwa Tuhan telah meninggalkan kita. Bila kita bersikap demikian, kita sama seperti dengan bangsa Israel, yang sekalipun melihat perbuatan2 besar Tuhan dinyatakan, tidak ada henti-hentinya mereka bersungut-sungut, bahkan berontak kepada Tuhan. Sesungguhnya bila kita melihat masa padang gurun dengan cara pandang positif, kita akan tahu bahwa hal tersebut memang diijinkan Tuhan untuk kebaikan kita sendiri. Kita bisa melihat ‘keindahan’ masa padang gurun dengan belajar dari pengalaman bangsa Israel, dimana masa padang gurun adalah masa untuk masuk dalam pngalaman penuh dengan mujizat bersama Tuhan.

Kapan bangsa Israel mengalami mujizat Tuhan secara bertubi-tubi? Yaitu ketika mereka masuk masa padang gurun itu. Air mara pahit menjadi tawar, malam hari ada tiang api yang menerangi dan tiang awan di siang hari sehingga mereka tidak kepanasan dan tetap teduh, mereka dipelihara Tuhan dengan roti manna dan burung puyuh, juga bisa menyeberangi laut teberau seperti tertulis”…orang Israel berjalan dari tengah-tengah laut di tempat kering; sedang di kiri dan kanan mereka air itu sebagai tembok bagi mereka.”(keluaran 14:22). Jika kita sedang mengalami masa padang gurun jangan mengeluh, ini adalah kesempatan kita melihat mujizat Tuhan dinyatakan.

Ada satu buku; judulnya ke tempat yang tinggi karangan Hannah hurnard, terbitan tahun 1978, kayaknya sih sekarang udah ga ada yang jual. Nyeritain seseorang bernama ‘kuatir’ yang kakinya pincang dan bekerja pada si Gembala Agung. Suatu hari, si Gembala Agung mengetahui keinginan hati si kuatir untuk punya kaki yang sempurna, tapi syaratanya dia harus mengikuti Dia ke Tempat Yang Maha Tinggi.

Si kuatir memulai perjalanannya dengan susah payah, ia harus melepaskan diri dari keluarganya dan masuk kepadang gurun. Padang gurun bukanlah tempat yang menyenangkan. Kering kerontang, gersang dan hampa. Tempat yang sepi dimana tak ada seorangpun terlihat dan hanya Gembala agung yang ada walaupun sepertinya seringkali Dia tidak terlihat. Tempat dimana sulit sekali mencari setetes air dan kekeringan terasa di mana-mana.

Sama kayak bangsa Israel pas keluar dari mesir dengan gegap gempita, dengan penuh keajaiban dan mujizat seperti serbuan serangga, wabah penyakit, gelap gulita, laut terbelah, suara yang mengguntur dari atas bukit, tiang awan dan tiang api. Tapi bangsa yang sama yang mengalami semuanya itu dengan segera manjadi pahit dan kering ketika mereka harus melewati padang gurun. Semua semangat dan kegembiraan dengan segera menguap di gurun yang kering. Dan sekalipun tiang awan dan tiang api menyertai mereka(Kel 13:22), bangsa Israel sepertinya tidak lagi mengganggap hal itu sebagai hal yang aneh dan mereka mulai bersungut-sungut dan mengomel,.

Seperti pesta yang sudah usai, segala kegembiraan udah lewat dan saat kita terbangun mendapati rumah yang sudah sepi, yang tertinggal hanyalah sampah-sampah sisa pesta tanpa ada seorangpun yang membantu kita untuk membereskan. Seperti suami-istri yang baru pulang berbulan madu dan kembali harus menghadapi kanyataan, tagihan dan pekerjaan. Hilang sudah masa kegembiraan dan yang tersisa hanya rasa berat, hampa dan sepi.

Kalau kita melihat kehidupan yusuf di alkitab, kita seperti melihat mobil yang berjalan melewati jalan yang penuh dengan polisi tidur dan lubang. Terantuk-antuk dan naik turun terus-terusan. Saya selalu bertanya-tanya apakah di penjara yusuf akan kecewa, apakah dia menanyakan dimanakah Tuhan? Dimanakah teman-temanya? Terbangun di tempat asing dengan penjahat dari seluruh mesir berkumpul, tanpa perlindungan hak asasi dan tanpa perlakuan manusiawi, teman teman yang menyertainya di rumah potifar sekarang balik mencibir, keluarganya berada di tempat yang jauh dan Tuhan yang dipuja dan disembahnya entah dimana. Tuhan yang diikuti yusuf membiarkannya terbangun di penjara, sendirian di bawah tatapan jahat teman2 sepenjaranya. Apakah yusuf kesepian?

Di Samuel 21 dan 22, Daud baru saja jadi pahlawan di negerinya, kepopulerannya bahkan melebihi kepopuleran presiden negerinya. Tapi hari ini, dia duduk merenung di pojokan gua di tempat terpencil di padang gurun yang kering. Tanpa teman bahkan tanpa harta sepeserpun, bahkan untuk makan siank dia harus membohongi pendeta untuk mendapatkan roti. Padahal belum lama ini dia baru saja menjadi pembela Tuhan yang paling gigih, ketika teman-teman senegerinya melupakan Tuhan, dia tetap mempercayai Tuhan, meraih kemenangan dan menjadi pahlawan.duduk seorang diri di gua adulam di tengah gurun, apakah daud bertanya-tanya dimana Tuhan? Tanpa harta dan tanpa teman, apakah daud masih tetap merasa dekat dengan Tuhan. Daud yang mengalahkan goliat tanpa mengeluarkan setetes keringat pun, sekarang berkeringat dingin memikirkan apa yang akna terjadi padanya. Iman daud yang mengalahkan goliat baru saja ditukarkan dengan sepotong roti, sendirian dan Tuhan terasa jauh, di padang gurun yang kering.

Patah hati, kehilangan pekerjaan, kecelakaan dan sakit penyakit. Sorak sorai di pagi hari dan isak tangis di malam hari. Saat teduh yang indah di pagi hari dan teriakan mencari Tuhan di malam harinya. Cepat atau lambat, setiap dari kita akan masuk ke padang gurun, tanpa peringatan, tiba-tiba saja Tuhan terasa jauh entah di mana dan teman-teman hilang. Atau kalaupun teman-teman masih ada, mereka lebih baik tidak ada karena mengesalkan (ingat ceita ayub?),

Setiap orang punya padang gurunnya sendiri yang berbeda-beda, masa-masa di mana seseorang mencari Tuhan dan berhadapan langsung denganNya. Masa dimana kita harus tetap mempercayai dia atau kembali ke mesir.

Daud memilih untuk tetap mempercayai Tuhan tak terlihat dan sepertinya jauh. Dan seperti yang kita bisa baca di alkitab, kaum keluarga daud datang membantunya dan 600 orang datang kepadanya menjadi teman-teman seperjuangannya, teman-teman barunya seumur hidup. Yusuf memilih untuk tetap mempercayai Tuhan sekalipun sulit untuk melihat Tuhan di tengah penjara yang gelap, lembab dan bau. Yusuf menjadi perdana menteri dan berkumpul lagi dengan keluarganya.

Kalau kamu merasakan Tuhan terasa jauh, kamu bukan orang pertama yang mengalami hal itu. Cepat atau lambat kita orang Kristen harus menghadapi masa di mana kita harus belajar untuk tetap mempercayai Tuhan sekalipun Dia tampaknya diam dan jauh. Saat seperti ini hanya ada 2 pilihan. Tetap menyeberangi gurun atau kembali ke ‘mesir’ (dosa lama).

Sebenarnya Tuhan gak pernah jauh walaupun Dia terkadang sepertinya jauh. Kenyataan bahwa kamu merasa Tuhan jauh dan merasakan kerinduan untuk dekat kepada Tuhan lagi seperti dulu menunjukkan kalo Roh Kudus masih di dalam kamu. Kalau Roh Kudus udah ga ada di dalam kamu dan Tuhan bener2 jauh, kamu gak akan pernah merasa Tuhan jauh dan gak bakalan merasa ada sesuatu yang salah. Tapi karena Roh Kudus ada di dalam kita, Dia yang menaruh kerinduan di dalam kita untuk mencari Tuhan. Perasaan kamu yang merasa ada sesuatu yang salah dan Tuhan sepertinya menjauh justru menunjukkan Roh Kudus gak pernah jauh. Masalahnya, apakah kita akan tetap mempercayai Tuhan sekalipun dia ‘terasa’ jauh atau nggak. (Min2, Air Hidup, Yeremia)

-----------------------------------------------------------

Masa Padang gurun adalah masa terbaik Tuhan membentuk dan memproses kita menuju berkat

--------------------------------------------------------------

Cepat atau lambat kita orang Kristen harus menghadapi masa di mana kita harus belajar untuk tetap mempercayai Tuhan sekalipun Dia tampaknya diam dan jauh

No comments:

My Blog